Thursday, September 6, 2018

Program Entrepreneurship yang Berkembang di Indonesia



Terdapat beberapa program entrepreneurship yang berkembang di Indonesia dan negara sekitar Indonesia, berikut program - program entrepreneurship tersebut :

1. Woman Etrepreneurship Program
Dengan latar belakang budaya,sosial,pendidikan, dan faktor-faktor lain , maka peluang wanita berwirausaha menjadi suatu tantangan yang perlu dikelola oleh semua pihak. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan untuk memberdayakan kaum wanita untuk dapat menciptakan tantangan menjadi kesempatan bisnis.
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002), meskipun telah diperjuangkan selama bertahun-tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi di tempat kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi baik pekerjaan maupun kewirausahaan. Seorang penulis mengatakan, “Kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana jeans, di mana si sini wanita dapat mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya”. Semakin banyak wanita yang menyadari bahwa menjadi wirausahawan adalah cara terbaik untuk menembus dominasi pria yang menghambat peningkatan karier waktu ke puncak organisasi melalui bisnis mereka sendiri. Faktanya, wanita yang membuka bisnis 2,4 kali lebih banyak daripada pria. Meskipun bisnis yang dibuka oleh wanita cenderung lebih kecil dari yang dibuka laki-laki, tetapi dampaknya sama sekali tidak kecil. Perusahaan-perusahaan yang dimiliki wanita memperkerjakan lebih dari 15,5 juta karyawan atau 35 persen lebih banyak dari semua karyawan Fortune 500 di seluruh dunia. Wanita memiliki 36 persen dari semua bisnis. Meskipun bisnis mereka cenderung tumbuh lebih lambat daripada perusahaan yang dimiliki pria, wanita pemilik bisnis memiliki daya hidup lebih tinggi daripada keseluruhan bisnis. Meskipun 72 persen bisnis yang dimiliki wanita terpusat dalam bidang eceran dan jasa (seperti juga kebanyakan bisnis), wirausahawan wanita berkembang dalam industri yang sebelumnya dikuasai laki-laki, seperti pabrik, konstruksi, transportasi dan pertanian.

Woman Etrepreneurship Program  di Indonesia

Keterlibatan wanita di Indonesia dalam bidang usaha sudah ada sejak jaman dahulu, misalnya mereka mengelola kerajinan tangan tradisional khas daerahnya, membuat batik, kain tenun, anyaman dan sebagainya. Hasilnya sangat dirasakan bermanfaat bagi perekonomian keluarga dan perekonomian daerah. Yang sampai saat ini masih terlihat tangguhnya wanita wirausaha adalah para pedagang/pengrajin batik di wilayah Solo maupun Jogjakarta.
             Dengan melihat berbagai motivasi para wanita untuk berwirausaha, Terdapat dukungan dari berbagai pihak dalam pelaksanaan pemberdayaan wanita. Dukungan dari pemerintah maupun lembaga lain. Antara lain:
1. Pemerintah Indonesia. Dengan adanya GKN ( Gerakan Kewirausahaan Nasional) pada tahun 2011 dan pada tahun 2014 dengan mengusung “Spirit of Women Enterprenurship” yang telah dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, telah mendorong program wirausaha wanita  melalui bantuan program dan kebijakan yang dikelola oleh departemenKoperasi,Keuangan,Perdagangan,Peranan Wanita, Eknomi dan Kreatif .
 2. Lembaga Swasta,. Pihak industri telah melakukan program Corporate Social Responsibility dengan memberikan pelatihan, bantuan fasilitas,pendanaan.
3. Lembaga masyarakat:sebagai contoh di pedesaan terbentuk kelompok wanita tani(binaan Dep pertanian) dengan pemberian pelatihan, perintisan usaha,pelatihan berorganisasi,bantuan. Pinjaman dana, peralatan,penguatan modal, akses perijinan usaha dagang.
4. Lembaga pendidikan memberikan pendampingan dengan pelatihan, program pengabdian kepada masyarakat.


  2. Techno Entrepreneurship Program
               Techno-entrepreneurship adalah segala jenis kegiatan entrepreneurship dan intrapreneurial yang ada dan mulai timbul beroperasi di lingkungan teknologi. Techno-entrepreneurship adalah sebuah konsep yang luas dan melibatkan banyak hal dan bukan hanya inovasi Teknologi. Techno-entrepreneur adalah orang  yang mengatur, mengelola, dan mengasumsikan risiko suatu perusahaan bisnis berbasis teknologi. Techno-entrepreneurship erat kaitannya dengan teknologi yang berkembang pesat. Techno enteprenuer bertujuan melakukam komersialisasi atas beragam penemuan teknologi agar bisa di manfaatkan banyak kalangan. Techno-entrepreneurship berhubungan dengan sosial-entrepreneurship yang menempatkan konsep teknologi dan manajemen teknologi dalam perspektif dan penawaran dengan strategi untuk mengelola inovasi. Ini termasuk cara membuat inovasi produk dan memahami prosesnya.
     Di dunia bisnis techno-entrepreneurship  bertujuan untuk mengembangkan dan mengelola teknologi canggih dan inovasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif perusahaan nasional dan internasional, untuk mengembangkan manajer dengan keterampilan kewirausahaan  dinamis dan visi yang akan membentuk masa depan. Menempatkan konsep teknologi dan manajemen teknologi dalam perspektif  dan penawaran dengan strategi untuk mengelola inovasi. Techno-enterpreneur meliputi Manajemen Teknologi dan Inovasi, Manajemen dan Akuntansi Biaya, Manajemen Keuangan, Manajemen Pemasaran, Analisis Ekonomi. Organisasi bisnis terpecah antara layanan bisnis yang efektif bagi konsumen dan profitabilitas organisasi. Hal ini relevan dalam pandangan dari kebutuhan untuk menyusun strategi operasi mereka dalam pasar bisnis yang kompetitif, terutama untuk perusahaan-perusahaan swasta. Pemahaman yang komprehensif tentang manajemen keuangan yang berkaitan dengan strategi keseluruhan organisasi bisnis. Antara lain, ini melibatkan identifikasi keputusan keuangan, evaluasi masalah dan berasal efektif bergerak keuangan strategis.

Techno Entrepreneurship Program di Indonesia      
           Di Indonesia techo-entrepreneurship berhubungan dengan Sistem Inovasi Nasional (SIN), yaitu suatu pengaturan kelembagaan yang secara sistematik dan berjangka panjang dapat mendorong, mendukung, menyebarkan dan menerapkan inovasi-inovasi di berbagai sektor, dan dalam skala nasional.
         Sementara secara ringkas, sistem inovasi diartikan sebagai jaringan berbagai elemen atau pelaku yang interaksi bersamanya mendorong modifikasi dan pemakaian teknologi-teknologi baru secara bermanfaat bagi ekonomi negara. Kiranya jelas bahwa hubungan kerjasama atau kemitraan antara berbagai pihak yang terlibat merupakan syarat yang perlu didalami demi penguatan sistem inovasi yang ditujukan pada peningkatan daya saing. Dalam tahap penelitian, pemerintah sejak tahun 1990-an telah mengembankan program  RUT (Riset Unggulan Terpadu), kemudian disusul dengan RUK(Riset Unggulan Kemitraan). Kedua program ini menyediadakan dana APBN untuk program-program penelitian lintas institusi dan kemudian didalam program RUK diadakan kerjasama dengan swasta. Memasuki pematangan suatu hasil penelitian, yang biasanya dilakukan didalam inkubator, diperukan sumber dana lain yang sering dinamakan seed capital.
      Dari hasil inilah akan lahir pengusaha dan perusahaan baru berbasis iptek atau techno-entrepreneur. Start-up company (sebutan kepala perusahaan yang baru ini) berbasis iptek, biasanya dimotori hanya oleh perorangan atau kelompok yang berhasil melakukan penelitian dan pengembangan produk proses tertentu,yang sudah matang untuk dikomersialisasikan. Sebab itu diperlukan dana yang ikut dalam usaha baru. Usaha yang berisiko tinggi, tapi juga bisa menjadi leader dalam bidangnya. Dana atau modal semacam ini biasanya disediakan oleh Venture Capital (Modal Venture). Ditahun 1970-an pemerintah telah memulai usaha ini dengan PT Bahana. Disusul kemudian hampir disemua daerah dibentuk Modal Venture Daerah dan kemudian PNM. Sayangnya dalam prekteknya, perusahaan-perusahaan tersebut tidak bertindak sebagai modal venture seperti yang diharapkan, melainkan memberrikan pinjaman dengan pengembalian melalui bagi hasil, dan ikut dalam manajemen perusahaan baru tersebut. Sehingga dalam perkembangannya perusahaan modal venture tersebut tidak dapat diandalkan untuk membantu start up company berbasis iptek.

3. Social Etrepreneurship
      Wirausaha sosial menjadi fenomena sangat menarik saat ini karena perbedaan-perbedaannya dengan wirausaha tradisional yang hanya fokus terhadap keuntungan materi dan kepuasan pelanggan serta signifikansinya terhadap kehidupan masyarakat. Kajian mengenai kewirausahaan sosial melibatkan berbagai ilmu pengetahuan dalam pengembangan serta praktiknya di lapangan. Lintas ilmu pengetahuan yang diadopsi kajian kewirausahaan sosial merupakan hal penting untuk menjelaskan serta membuat pemikiran-pemikiran baru.
Terdapat beberapa pembelajaran tentang kewirausahawan sosial beserta beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para pengusaha sosial itu sendiri.
        Hal ini pada dasarnya terdiri dari hal-hal yang tidak umum untuk dilakukan dalam kegiatan usaha yang biasanya berjalan secara rutin. Tujuan utama dari pengusaha sosial adalah melayani kebutuhan dasar masyarakat, sementara pengusaha tradisional adalah untuk meraih pasar yang besar kesenjangan dan memperoleh keuntungan, dalam proses bertaraf minimum untuk kepentingan masyarakatnya.
Hal ini tentunya sangat bergantung kepada bagaimana isi dari gagasan yang kita tawarkan, pada dasarnya agar gagasan serta ide yang kita tawarkan bisa diterima oleh masyarakat kita harus memiliki misi sosial di dalamnya semata-mata hanya untuk membuat masyarakat dapat terbebaskan dari permasalahan yang terjadi.  Dalam pelaksanaan pengimplementasian gagasan tersebut pastinya kita akan mendapatkan banyak sekali permasalahan, seorang jiwa wirausaha sosial (social entrepreneur) harus mempunyai kemampuan pengelolaan risiko (risk management) agar dapat menuntaskan apa yang menjadi idenya tersebut. Kemampuan mengelola risiko ini merupakan suatu hal yang penting agar kita dapat memastikan bahwa program yang ditawarkan berjalan secara berkelanjutan.

Social Entrepreneurship di Indonesia
      Lantas, seperti apakah social enterpreneurship yang ada di Indonesia? Beberapa contohnya adalah rumah singgah, rumah baca, dan bank sampah. Usaha-usaha tersebut tidak mencoba mencari keuntungan melainkan hanya membutuhkan sejumlah dukungan operasional. Tujuan dari usaha-usaha tersebut semata untuk kepentingan masyarakat. “Siapapun yang ingin menjadi seorang enterpreneur maupun social enterpreneur, sudah seharusnya memiliki strong motivation, passion, dan knowledge,” lanjut Nurul. Dalam hal ini, knowledge meliputi hal-hal yang menyangkut bisnis dan pasar.
        Keberadaan social entrepreneur di Indonesia masih minim. Padahal, dengan hadirnya semangat tersebut dapat menjawab tantangan dan kondisi sosial di berbagai sektor, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, transportasi. "Problem kita ini banyak sekali, makanya masyarakat harus gerak, karena pemerintah saja tidak akan cukup. Kita punya power melalui kreativitas Melalui social enterprise, maka akan selesai masalahnya," kata Bernhard dalam acara yang sama.

4. Program Mahasiswa Wirausaha
   Sebagai pelengkap program yang telah ada sebelumnya, khususnya kewirausahaan sejak tahun 2009 Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) untuk dilaksanakan dan dikembangkan oleh perguruan tinggi. Program tersebut dilaksanakan di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di  beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) hasil diseleksi Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dengan alokasi dana yang berbeda-beda.
        Program PMW ini bertujuan untuk menghasilkan karya kreatif, inovatif dalam membuka peluang usaha yang berguna bagi mahasiswa setelah menyelesaikan studi, dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship) berbasis Iptek  kepada para mahasiswa agar dapat mengubah pola pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker)  menjadi  pencipta  lapangan  pekerjaan  (job  creator)  serta menjadi calon/pengusaha yang  tangguh  dan sukses menghadapi persaingan global. Program ini juga bertujuan mendorong  kelembagaan  atau unit kewirausahaan di perguruan tinggi agar dapat mendukung pengembangan program-program kewirausahaan.  Sebagai hasil akhir, diharapkan terjadinya penurunan angka pengangguran lulusan pendidikan tinggi.Keberhasilan program ini setidak-tidaknya dilihat dari tiga indikator, yaitu jumlah  mahasiswa yang berhasil menjalankan  usaha  (sebagai wirausaha), terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, dan terbentuknya lembaga pengembangan pendidikan kewirausahaan yang mengkordinasikan berbagai kegiatan terkait kewirausahaan di perguruan tinggi.
  Pedoman PMW diperbaiki setiap tahun berdasarkan berbagai masukan dan pertimbangan dari berbagai pihak serta pengalaman pelaksanaan PMW tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan pedoman ini dapat membantuperguruan tinggi dalam  merencanakan dan mengimplementasikan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) pada tahun 2015 dengan lebih efektif dan efisien dengan capaian optimal,  yang sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan alokasi dana berbasis kinerja pada tahun anggaran berikutnya.

5. Corporate Entrepreneurship Program
Dalam menghadapi pesaing, perusahaan perlu lebih kreatif dan inovatif dengan melakukan suatu inovasi terhadap produknya. Perusahaan perlu melakukan inovasi produk agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage) yang merupakan langkah maju dalam mencapai masa depan yang lebih baik, misalnya seperti menghasilkan atau memperbanyak varian produk dengan kualitas, desain, dan harga yang kompetitif agar dapat menyaingi produkproduk yang dihasilkan oleh para pesaing sejenis maupun pesaing yang menyediakan barang subtitusi. Namun dalam hal kreativitas dan inovasi ini perusahaan tidak bisa hanya memakai sistem top-down saja, terkadang sistem bottom-up bisa menjadi pilihan yang baik dalam melakukan inovasi dalam perusahaan (Morris dan Kuratko, 2002).
           Oleh karena itu, salah satu sistem yang paling tepat untuk diterapkan dalam perusahaan adalah corporate entrepreneurship (kewirausahaan korporasi). Pengertian dari corporate entrepreneurship itu sendiri didefinisikan bermacam-macam. Namun pada intinya corporate entrepreneurship itu sendiri adalah suatu proses atau aktivitas entrepreneurial yang dilakukan individu atau kelompok di sebuah organisasi yang sudah ada (Guth dan Ginsberg, 1990). Dengan kata lain, disini perusahaan harus mampu mewujudkan atau membangkitkan jiwa-jiwa entrepreneur dalam diri para karyawan nya untuk terus melakukan inovasi dan memperluas usaha dengan menjajaki peluang baru melalui kombinasi baru dari sumberdaya yang sudah ada sesuai dengan tujuan dan kemampuan bersaing, maka fungsi corporate entrepreneurship adalah melakukan proses penciptaan kekayaan dan peningkatan nilai tambah melalui gagasan-gagasan, meramu segala kreatifitas dan sumber-sumber hinggga menjadi sebuah inovasi baru yang nyata.

 Corporate Entrepreneurship Program di Indonesia
Para pengamat menyatakan adalah usaha menahan kejaran agresif Star One Indosat dan Esia Bakrie Telecom, maka Telkom merubah kebijakan tersebut. Kini, para karyawan Telkom boleh, dianjurkan bahkan didukung berbisnis sampingan. Caranya, menjual telepon Flexi. Bisa bentuk layanan Flexi Classy yang prabayar fixed wireless terminal (FWT), atau menjual voucher isi ulang. Sasarannya, voucher untuk meningkatkan pendapatan PT Telkom, sementara penjualan kartu perdana untuk percepatan penambahan pelanggan.
Inisiatif ini membuat kita kini menjumpai pegawai dalam jaringan Telkom yang selain melakukan aktifitasnya sehari-hari, mereka juga sekaligus menjual layanan Flexi. Telkom memiliki sekitar 30.000 pegawai, mereka juga umumnya tinggal di kompleks perumahan yang berkualitas. Bayangkan kalau istri, anak, pembantu, sopir dikerahkan untuk jualan Flexi, ketenarannya pasti akan mengalahkan Fuji Image Plaza atau gerai Indofood. Dari pelanggan 1,8 juta, Telkom berharap melalui penjualan 30.000 pegawai plus plus tadi maka target 3,5 juta pelanggan di akhir tahun dapat terpenuhi.
Tidak perlu diperdebatkan yang dilakukan Telkom tepat atau keliru dalam menghadapi persaingan bisnis seluler yang luar biasa ini. Yang menarik ialah mencermati bagaimana inisiatif baru di alam korporasi Indonesia ini berkutat menuju keberhasilan. Dan yang pasti, ada gairah baru di PT Telkom ketika pimpinan perusahaan mengumumkan bolehnya bisnis sampingan tersebut.


No comments:

Post a Comment