Terdapat
beberapa program entrepreneurship yang berkembang di Indonesia dan negara
sekitar Indonesia, berikut program - program entrepreneurship tersebut :
1. Woman Etrepreneurship Program
Dengan
latar belakang budaya,sosial,pendidikan, dan faktor-faktor lain , maka peluang
wanita berwirausaha menjadi suatu tantangan yang perlu dikelola oleh semua
pihak. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan untuk memberdayakan kaum wanita
untuk dapat menciptakan tantangan menjadi kesempatan bisnis.
Menurut
Zimmerer dan Scarborough (2002), meskipun telah diperjuangkan selama
bertahun-tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi di tempat
kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi pelopor dalam menawarkan
peluang di bidang ekonomi baik pekerjaan maupun kewirausahaan. Seorang penulis
mengatakan, “Kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana jeans, di mana
si sini wanita dapat mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya”. Semakin
banyak wanita yang menyadari bahwa menjadi wirausahawan adalah cara terbaik
untuk menembus dominasi pria yang menghambat peningkatan karier waktu ke puncak
organisasi melalui bisnis mereka sendiri. Faktanya, wanita yang membuka bisnis
2,4 kali lebih banyak daripada pria. Meskipun bisnis yang dibuka oleh wanita
cenderung lebih kecil dari yang dibuka laki-laki, tetapi dampaknya sama sekali
tidak kecil. Perusahaan-perusahaan yang dimiliki wanita memperkerjakan lebih
dari 15,5 juta karyawan atau 35 persen lebih banyak dari semua karyawan Fortune
500 di seluruh dunia. Wanita memiliki 36 persen dari semua bisnis. Meskipun
bisnis mereka cenderung tumbuh lebih lambat daripada perusahaan yang dimiliki
pria, wanita pemilik bisnis memiliki daya hidup lebih tinggi daripada
keseluruhan bisnis. Meskipun 72 persen bisnis yang dimiliki wanita terpusat
dalam bidang eceran dan jasa (seperti juga kebanyakan bisnis), wirausahawan
wanita berkembang dalam industri yang sebelumnya dikuasai laki-laki, seperti
pabrik, konstruksi, transportasi dan pertanian.
Woman Etrepreneurship Program di Indonesia
Keterlibatan
wanita di Indonesia dalam bidang usaha sudah ada sejak jaman dahulu, misalnya
mereka mengelola kerajinan tangan tradisional khas daerahnya, membuat batik,
kain tenun, anyaman dan sebagainya. Hasilnya sangat dirasakan bermanfaat bagi
perekonomian keluarga dan perekonomian daerah. Yang sampai saat ini masih
terlihat tangguhnya wanita wirausaha adalah para pedagang/pengrajin batik di wilayah
Solo maupun Jogjakarta.
Dengan melihat berbagai motivasi
para wanita untuk berwirausaha, Terdapat dukungan dari berbagai pihak dalam
pelaksanaan pemberdayaan wanita. Dukungan dari pemerintah maupun lembaga lain.
Antara lain:
1.
Pemerintah Indonesia. Dengan adanya GKN ( Gerakan Kewirausahaan Nasional) pada
tahun 2011 dan pada tahun 2014 dengan mengusung “Spirit of Women
Enterprenurship” yang telah dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
telah mendorong program wirausaha wanita
melalui bantuan program dan kebijakan yang dikelola oleh
departemenKoperasi,Keuangan,Perdagangan,Peranan Wanita, Eknomi dan Kreatif .
2. Lembaga Swasta,. Pihak industri telah
melakukan program Corporate Social Responsibility dengan memberikan pelatihan, bantuan
fasilitas,pendanaan.
3.
Lembaga masyarakat:sebagai contoh di pedesaan terbentuk kelompok wanita
tani(binaan Dep pertanian) dengan pemberian pelatihan, perintisan
usaha,pelatihan berorganisasi,bantuan. Pinjaman dana, peralatan,penguatan
modal, akses perijinan usaha dagang.
4.
Lembaga pendidikan memberikan pendampingan dengan pelatihan, program pengabdian
kepada masyarakat.
2. Techno Entrepreneurship Program
Techno-entrepreneurship adalah
segala jenis kegiatan entrepreneurship dan intrapreneurial yang ada dan mulai
timbul beroperasi di lingkungan teknologi. Techno-entrepreneurship adalah
sebuah konsep yang luas dan melibatkan banyak hal dan bukan hanya inovasi
Teknologi. Techno-entrepreneur adalah orang
yang mengatur, mengelola, dan mengasumsikan risiko suatu perusahaan
bisnis berbasis teknologi. Techno-entrepreneurship erat kaitannya dengan
teknologi yang berkembang pesat. Techno enteprenuer bertujuan melakukam
komersialisasi atas beragam penemuan teknologi agar bisa di manfaatkan banyak
kalangan. Techno-entrepreneurship berhubungan dengan sosial-entrepreneurship
yang menempatkan konsep teknologi dan manajemen teknologi dalam perspektif dan
penawaran dengan strategi untuk mengelola inovasi. Ini termasuk cara membuat
inovasi produk dan memahami prosesnya.
Di dunia bisnis
techno-entrepreneurship bertujuan untuk
mengembangkan dan mengelola teknologi canggih dan inovasi untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif perusahaan nasional dan internasional, untuk
mengembangkan manajer dengan keterampilan kewirausahaan dinamis dan visi yang akan membentuk masa
depan. Menempatkan konsep teknologi dan manajemen teknologi dalam
perspektif dan penawaran dengan strategi
untuk mengelola inovasi. Techno-enterpreneur meliputi Manajemen Teknologi dan
Inovasi, Manajemen dan Akuntansi Biaya, Manajemen Keuangan, Manajemen
Pemasaran, Analisis Ekonomi. Organisasi bisnis terpecah antara layanan bisnis
yang efektif bagi konsumen dan profitabilitas organisasi. Hal ini relevan dalam
pandangan dari kebutuhan untuk menyusun strategi operasi mereka dalam pasar
bisnis yang kompetitif, terutama untuk perusahaan-perusahaan swasta. Pemahaman
yang komprehensif tentang manajemen keuangan yang berkaitan dengan strategi
keseluruhan organisasi bisnis. Antara lain, ini melibatkan identifikasi
keputusan keuangan, evaluasi masalah dan berasal efektif bergerak keuangan
strategis.
Techno Entrepreneurship Program di
Indonesia
Di Indonesia techo-entrepreneurship
berhubungan dengan Sistem Inovasi Nasional (SIN), yaitu suatu pengaturan
kelembagaan yang secara sistematik dan berjangka panjang dapat mendorong,
mendukung, menyebarkan dan menerapkan inovasi-inovasi di berbagai sektor, dan
dalam skala nasional.
Sementara secara ringkas, sistem inovasi
diartikan sebagai jaringan berbagai elemen atau pelaku yang interaksi
bersamanya mendorong modifikasi dan pemakaian teknologi-teknologi baru secara
bermanfaat bagi ekonomi negara. Kiranya jelas bahwa hubungan kerjasama atau
kemitraan antara berbagai pihak yang terlibat merupakan syarat yang perlu
didalami demi penguatan sistem inovasi yang ditujukan pada peningkatan daya
saing. Dalam tahap penelitian, pemerintah sejak tahun 1990-an telah
mengembankan program RUT (Riset Unggulan
Terpadu), kemudian disusul dengan RUK(Riset Unggulan Kemitraan). Kedua program
ini menyediadakan dana APBN untuk program-program penelitian lintas institusi
dan kemudian didalam program RUK diadakan kerjasama dengan swasta. Memasuki
pematangan suatu hasil penelitian, yang biasanya dilakukan didalam inkubator,
diperukan sumber dana lain yang sering dinamakan seed capital.
Dari hasil inilah akan lahir pengusaha
dan perusahaan baru berbasis iptek atau techno-entrepreneur. Start-up company
(sebutan kepala perusahaan yang baru ini) berbasis iptek, biasanya dimotori
hanya oleh perorangan atau kelompok yang berhasil melakukan penelitian dan
pengembangan produk proses tertentu,yang sudah matang untuk
dikomersialisasikan. Sebab itu diperlukan dana yang ikut dalam usaha baru.
Usaha yang berisiko tinggi, tapi juga bisa menjadi leader dalam bidangnya. Dana
atau modal semacam ini biasanya disediakan oleh Venture Capital (Modal
Venture). Ditahun 1970-an pemerintah telah memulai usaha ini dengan PT Bahana.
Disusul kemudian hampir disemua daerah dibentuk Modal Venture Daerah dan
kemudian PNM. Sayangnya dalam prekteknya, perusahaan-perusahaan tersebut tidak
bertindak sebagai modal venture seperti yang diharapkan, melainkan memberrikan
pinjaman dengan pengembalian melalui bagi hasil, dan ikut dalam manajemen
perusahaan baru tersebut. Sehingga dalam perkembangannya perusahaan modal
venture tersebut tidak dapat diandalkan untuk membantu start up company
berbasis iptek.
3. Social Etrepreneurship
Wirausaha sosial menjadi fenomena sangat
menarik saat ini karena perbedaan-perbedaannya dengan wirausaha tradisional
yang hanya fokus terhadap keuntungan materi dan kepuasan pelanggan serta
signifikansinya terhadap kehidupan masyarakat. Kajian mengenai kewirausahaan
sosial melibatkan berbagai ilmu pengetahuan dalam pengembangan serta praktiknya
di lapangan. Lintas ilmu pengetahuan yang diadopsi kajian kewirausahaan sosial
merupakan hal penting untuk menjelaskan serta membuat pemikiran-pemikiran baru.
Terdapat
beberapa pembelajaran tentang kewirausahawan sosial beserta beberapa
karakteristik yang dimiliki oleh para pengusaha sosial itu sendiri.
Hal ini pada dasarnya terdiri dari
hal-hal yang tidak umum untuk dilakukan dalam kegiatan usaha yang biasanya
berjalan secara rutin. Tujuan utama dari pengusaha sosial adalah melayani
kebutuhan dasar masyarakat, sementara pengusaha tradisional adalah untuk meraih
pasar yang besar kesenjangan dan memperoleh keuntungan, dalam proses bertaraf
minimum untuk kepentingan masyarakatnya.
Hal
ini tentunya sangat bergantung kepada bagaimana isi dari gagasan yang kita
tawarkan, pada dasarnya agar gagasan serta ide yang kita tawarkan bisa diterima
oleh masyarakat kita harus memiliki misi sosial di dalamnya semata-mata hanya
untuk membuat masyarakat dapat terbebaskan dari permasalahan yang terjadi. Dalam pelaksanaan pengimplementasian gagasan
tersebut pastinya kita akan mendapatkan banyak sekali permasalahan, seorang
jiwa wirausaha sosial (social entrepreneur) harus mempunyai kemampuan
pengelolaan risiko (risk management) agar dapat menuntaskan apa yang menjadi
idenya tersebut. Kemampuan mengelola risiko ini merupakan suatu hal yang
penting agar kita dapat memastikan bahwa program yang ditawarkan berjalan
secara berkelanjutan.
Social Entrepreneurship di Indonesia
Lantas, seperti apakah social
enterpreneurship yang ada di Indonesia? Beberapa contohnya adalah rumah
singgah, rumah baca, dan bank sampah. Usaha-usaha tersebut tidak mencoba
mencari keuntungan melainkan hanya membutuhkan sejumlah dukungan operasional.
Tujuan dari usaha-usaha tersebut semata untuk kepentingan masyarakat. “Siapapun
yang ingin menjadi seorang enterpreneur maupun social enterpreneur, sudah
seharusnya memiliki strong motivation, passion, dan knowledge,” lanjut Nurul.
Dalam hal ini, knowledge meliputi hal-hal yang menyangkut bisnis dan pasar.
Keberadaan social entrepreneur di
Indonesia masih minim. Padahal, dengan hadirnya semangat tersebut dapat
menjawab tantangan dan kondisi sosial di berbagai sektor, seperti misalnya
pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, transportasi. "Problem kita ini
banyak sekali, makanya masyarakat harus gerak, karena pemerintah saja tidak
akan cukup. Kita punya power melalui kreativitas Melalui social enterprise,
maka akan selesai masalahnya," kata Bernhard dalam acara yang sama.
4. Program Mahasiswa Wirausaha
Sebagai pelengkap program yang telah ada
sebelumnya, khususnya kewirausahaan sejak tahun 2009 Pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) untuk dilaksanakan dan
dikembangkan oleh perguruan tinggi. Program tersebut dilaksanakan di seluruh
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di
beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) hasil diseleksi Koordinator
Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dengan alokasi dana yang berbeda-beda.
Program PMW ini bertujuan untuk
menghasilkan karya kreatif, inovatif dalam membuka peluang usaha yang berguna
bagi mahasiswa setelah menyelesaikan studi, dengan memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship)
berbasis Iptek kepada para mahasiswa
agar dapat mengubah pola pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi
pencipta lapangan pekerjaan
(job creator) serta menjadi calon/pengusaha yang tangguh
dan sukses menghadapi persaingan global. Program ini juga bertujuan
mendorong kelembagaan atau unit kewirausahaan di perguruan tinggi
agar dapat mendukung pengembangan program-program kewirausahaan. Sebagai hasil akhir, diharapkan terjadinya
penurunan angka pengangguran lulusan pendidikan tinggi.Keberhasilan program ini
setidak-tidaknya dilihat dari tiga indikator, yaitu jumlah mahasiswa yang berhasil menjalankan usaha
(sebagai wirausaha), terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di
perguruan tinggi, dan terbentuknya lembaga pengembangan pendidikan
kewirausahaan yang mengkordinasikan berbagai kegiatan terkait kewirausahaan di
perguruan tinggi.
Pedoman PMW diperbaiki setiap tahun
berdasarkan berbagai masukan dan pertimbangan dari berbagai pihak serta
pengalaman pelaksanaan PMW tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan pedoman ini dapat
membantuperguruan tinggi dalam
merencanakan dan mengimplementasikan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)
pada tahun 2015 dengan lebih efektif dan efisien dengan capaian optimal, yang sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menentukan alokasi dana berbasis kinerja pada tahun anggaran berikutnya.
5. Corporate Entrepreneurship Program
Dalam
menghadapi pesaing, perusahaan perlu lebih kreatif dan inovatif dengan
melakukan suatu inovasi terhadap produknya. Perusahaan perlu melakukan inovasi
produk agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage)
yang merupakan langkah maju dalam mencapai masa depan yang lebih baik, misalnya
seperti menghasilkan atau memperbanyak varian produk dengan kualitas, desain,
dan harga yang kompetitif agar dapat menyaingi produkproduk yang dihasilkan
oleh para pesaing sejenis maupun pesaing yang menyediakan barang subtitusi.
Namun dalam hal kreativitas dan inovasi ini perusahaan tidak bisa hanya memakai
sistem top-down saja, terkadang sistem bottom-up bisa menjadi pilihan yang baik
dalam melakukan inovasi dalam perusahaan (Morris dan Kuratko, 2002).
Oleh karena itu, salah satu sistem yang
paling tepat untuk diterapkan dalam perusahaan adalah corporate
entrepreneurship (kewirausahaan korporasi). Pengertian dari corporate
entrepreneurship itu sendiri didefinisikan bermacam-macam. Namun pada intinya
corporate entrepreneurship itu sendiri adalah suatu proses atau aktivitas
entrepreneurial yang dilakukan individu atau kelompok di sebuah organisasi yang
sudah ada (Guth dan Ginsberg, 1990). Dengan kata lain, disini perusahaan harus
mampu mewujudkan atau membangkitkan jiwa-jiwa entrepreneur dalam diri para
karyawan nya untuk terus melakukan inovasi dan memperluas usaha dengan
menjajaki peluang baru melalui kombinasi baru dari sumberdaya yang sudah ada
sesuai dengan tujuan dan kemampuan bersaing, maka fungsi corporate
entrepreneurship adalah melakukan proses penciptaan kekayaan dan peningkatan
nilai tambah melalui gagasan-gagasan, meramu segala kreatifitas dan
sumber-sumber hinggga menjadi sebuah inovasi baru yang nyata.
Corporate Entrepreneurship Program di
Indonesia
Para
pengamat menyatakan adalah usaha menahan kejaran agresif Star One Indosat dan
Esia Bakrie Telecom, maka Telkom merubah kebijakan tersebut. Kini, para
karyawan Telkom boleh, dianjurkan bahkan didukung berbisnis sampingan. Caranya,
menjual telepon Flexi. Bisa bentuk layanan Flexi Classy yang prabayar fixed
wireless terminal (FWT), atau menjual voucher isi ulang. Sasarannya, voucher
untuk meningkatkan pendapatan PT Telkom, sementara penjualan kartu perdana
untuk percepatan penambahan pelanggan.
Inisiatif
ini membuat kita kini menjumpai pegawai dalam jaringan Telkom yang selain
melakukan aktifitasnya sehari-hari, mereka juga sekaligus menjual layanan
Flexi. Telkom memiliki sekitar 30.000 pegawai, mereka juga umumnya tinggal di
kompleks perumahan yang berkualitas. Bayangkan kalau istri, anak, pembantu,
sopir dikerahkan untuk jualan Flexi, ketenarannya pasti akan mengalahkan Fuji
Image Plaza atau gerai Indofood. Dari pelanggan 1,8 juta, Telkom berharap
melalui penjualan 30.000 pegawai plus plus tadi maka target 3,5 juta pelanggan
di akhir tahun dapat terpenuhi.
Tidak
perlu diperdebatkan yang dilakukan Telkom tepat atau keliru dalam menghadapi
persaingan bisnis seluler yang luar biasa ini. Yang menarik ialah mencermati
bagaimana inisiatif baru di alam korporasi Indonesia ini berkutat menuju
keberhasilan. Dan yang pasti, ada gairah baru di PT Telkom ketika pimpinan
perusahaan mengumumkan bolehnya bisnis sampingan tersebut.